Minggu, 18 November 2012

Beauty: Nail Art


More Beauty with Nail Art
Oleh : Nur Ida Zuhayanti



Menghias kuku tak sekadar memolesnya dengan cat kuku saja lho. Kreasi nail art ini akan lebih mempercantik penampilan Anda.

Sesekali kita tentu ingin tampil sempurna pada acara spesial. Tidak hanya sebatas riasan wajah dan tatanan rambut saja yang menjadi perhatian, tapi pesona kuku juga dapat ditonjolkan. Kuku yang merupakan bagian dari lentiknya jemari, dapat dipercantik dengan kreasi nail art ini. Tidak hanya dipoles dengan cat kuku polos saja, tapi juga bisa dilukis dan dikreasikan dengan berbagai asesoris dalam desain yang selaras, sehingga akan menjadi pelengkap fashion yang dapat mempercantik penampilan.

Menghias kuku dengan teknik nail art ini sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Para permaisuri raja dan perempuan bangsawan biasa menghiasi kukunya agar terlihat lebih cantik dan seksi. Ratu Cleopatra misalnya, juga perempuan ningrat dan bangsawan Jepang, India serta China. Budaya menghias kuku telah akrab dilakukan, bahkan konon untuk menunjukkan status sosial mereka.

Ekspresi berbagai desain
Dalam menghias kuku dengan nail art , kita bisa  melakukannya langsung pada kuku asli. Tapi bila kuku bermasalah, seperti rusak, rapuh atau kurang panjang, bisa juga memanfaatkan nail extension. “Namun demikian, sebelum mulai menghias, pastikan kondisi kuku dalam keadaan sehat dan bersih,” terang Tania, Art Director of Color Club, Nail Master yang mengajari saya teknik menghias kuku ini. Siang itu, saya sempat mengikuti kelas intensif bersama beberapa peserta yang rata-rata sudah punya salon. Dan ternyata, dalam berekspresi lewat nail art memang tidaklah terlalu sulit. Hanya diperlukan ketelatenan dan sedikit imajinasi.

Di atas kuku plastik itu saya mulai mencoba berkreasi, mendesain nail art satu demi satu. Mengawali dengan memoles, melukis dan memadukan warna, lalu menghias dengan asesoris seperti batu-batu swarosky kecil, yang disebut nail jewelry serta cincin atau nail ring. Hm…, asyik juga rupanya. Kreasi ini tidak dibatasi oleh pakem tertentu, tergantung ekspresi kita dalam mendesain. Bentuknya bisa saja abstrak, flower style, classic, animal print serta desain apapun yang disesuaikan dengan tema fashion serta occasion tertentu.

Agar nail art terlihat lebih indah dan mewah, kita perlu mengenali asesoris yang akan dipergunakan. Aneka macam stiker, baik yang flat maupun tiga demensi, rainstone atau batuan dari plastik, kain, renda, glitter kering dan pasir logam melalik. “Untuk acara tertentu, seperti wedding, misalnya, asesoris nail art swarosky dari Austria maupun India akan dapat memunculkan kesan glamournya. Sementara untuk nuansa girly, kita bisa menggunakan aksen renda,” jelas perempuan asal Jerman yang telah menekuni bidang ini sejak SMA. Karena itulah barangkali para artis dan entertainer kelas dunia banyak yang menghias kukunya dengan nail art untuk menunjang performance mereka. Bila Anda juga ingin mencoba kreasi ini, maka yang perlu dipersiapkan adalah

Bahan yang diperlukan, antara lain:
-          Nail polish untuk warna dasar
-          Polish nail art berbagai warna, baik polos,  glitter maupun metalik
-          Asesoris seperti stiker, swarosky, renda dan pasir sesuai dengan desain yang diinginkan
-          Vita base untuk melindungi kuku
-          Jet coal untuk finishing agar mengkilap dan tahan lama
-          Ring bila ingin berekspresi dengan nail ring

Peralatan yang dibutuhkan
-          Kuas nail art
-          Pinset
-          Gunting
-          Wood stick
-          Bor kuku dan tang untuk nail ring

Tahapan - tahapannya
-          Siapkan media nail art, langsung ke kuku asli atau nail extension setelah bersih dan rapi.
-          Oleskan vita base untuk melindungi kuku
-          Beri nail polish sebagai warna dasar, seperti neon untuk warna terang dan pink untuk kesan soft.
-          Lakukan desain nail art sesuai keinginan. Padukan untuk warna-warna terang lebih dahulu, kemudian warna yang lebih gelap.
-          Beri asesori sesuai dengan kebutuhan desain. Bila asesori bersifat kering seperti renda, pasir metalik atau glitter dan swarosky, letakkan selagi kutek masih basah. Sedangkan untuk asesori yang bersifat basah, seperti stiker 3D yang memiliki lem perekat, tempelkan setelah setengah kering.
-          Bila ingin memberi nail ring atau anting pada kuku ( biasanya untuk nail exstension) lakukan pemboran setelah kering
-          Setelah semuanya rapi, jangan lupa saputkan jet coat secara merata sebagai finishing. Hal ini selain memberi efek mengkilap juga agar nail art lebih awet.

Kreasi nail art ini bisa bertahan hampir dua minggu untuk kuku asli, sedangkan pada nail extension bisa lebih dari sebulan karena kuku lebih keras. Nah, kalau Anda ingin berekspresi dengan nail art ini, bisa datang ke studio Color Club di Jl Senopati 110, Jakarta Selatan atau bisa belajar secara intensif selama dua minggu di Color Club Nail Academy di Duraskin Centre Jl. Kaji 36, Jakarta Pusat, telp. 021-633-1513 dengan biaya sekitar Rp.6.500.000,-. Lets try this activities..***NZ

Boks.
Tips Cantik dengan Nail Art

-        Sebelum menggunakan nail polish, hendaknya menggunakan vita base coat untuk melindungi kuku dan memberi vitamin.
-       Desain nail art sebaiknya tidak lebih dari 45 % dari permukaan kuku agar tetap terlihat manis dan tidak over load.
-          Bila memilih bentuk desain yang besar dan hampir penuh, ada baiknya bila di setiap tangan hanya di nail art pada dua jari saja, dan yang lain polos.
-          Bagi yang menggunakan nail extension, ujung tidak boleh lebih dari 30% untuk sisi estetikanya.
-          Beri jet coat setiap malam agar nail art lebih awet dan tetap terlihat cantik
-          Bila ingin dihapus, pakailah polish remover ariston free .***


Kumpulan Cerpen


SELAMAT PAGI TEMAN
oleh: Nur Ida Zuhayanti


       Namanya Baruna.  Kulitnya sedikit gelap, berambut ikal dan punya tahi lalat di dagunya. Ia anak yang sehat dan lucu, sebenarnya, hal ini dapat dilihat dari penampilannya. Ciri yang lain  ia  memiliki mata agak  sipit dengan kuping caplang. Seperti anak seusianya, lelaki kecil yang seharusnya duduk di kelas A tapi masih tetap tinggal di Playgrup ini senang bermain juga. Yang membedakan barangkali ia lebih ekspresif, bahkan terkesan hiperaktif, frontal dan seenaknya.  Seringkali ia selalu membuat ulah dengan mengusili teman-temannya. Suatu hari Puan, anak perempuanku pernah juga menjadi sasaran keisengannya. Katanya tadi pagi ia menangis gara-gara sepatunya disembunyikan Baruna. Di sekolah ini memang sepatu harus dilepas saat anak memasuki kelas. Diletakkan di kotak sepatu yang berderet di depan kelas yang sengaja dibuat terbuka dan ada nama-namanya. 

 

       “Waktu turun main tadi masih ada,”begitu kata gadis kecilku  itu saat ditanya Bu Lucy, guru kelasnya. Namun ketika sekolah usai, ia tak menemukan sepatu warna pink kesayangannya itu di tempatnya. Dicari kemana-mana tidak ketemu, rupanya disembunyikan di dalam toilet guru oleh Baruna.  Pak Iwan, penjaga sekolah memang sempat curiga setelah turun main tadi bertemu lelaki kecil itu keluar sendirian dari toilet guru dengan terburu-buru. Dan besoknya, saat ditanya, ia hanya tertawa sambil menjawab: lupa !. Itulah Baruna. 

  

       Seperti ketika ia mengerjai Bu Sri, guru kelasnya dengan membawa ulat bulu yang disimpan bersama kotak makanan di dalam tasnya. Pada waktunya makan bersama, anak  itu kemudian menunjukkan bawaannya kepada Bu Sri, lalu melemparkan  ke meja temannya sehingga  suasana  menjadi gaduh. Beberapa anak menjerit,  bahkan ada yang sampai menangis ketakutan. Melihat semua kejadian yang dibuatnya ini Baruna  hanya tertawa. Terlihat senang dan tidak ada penyesalan sama sekali. Saat disuruh meminta maaf dia tidak mau. Ya. Baruna memang belum bisa diberitahu, atau lebih tepatnya agak sulit diberitahu, apalagi dinasehati.  Kubilang belum karena ia memang masih anak-anak,  belum lagi genap lima tahun  usianya, belum tahu bila perbuatannya itu mengganggu atau membahayakan orang lain. Barangkali saja.

     

        Juga disaat anak-anak lain sedang asyik mendengarkan cerita ibu guru, tiba-tiba saja ia mengacungkan sebilah pisau lipat, yang tak tahu didapat dari mana, seraya berakting sambil berteriak histeris: “Bunuh aku! Ambil saja aku..!” . Kontan Miss Denna yang  berada di dekatnya saat itu segera merampas pisau di tangannya, lalu mendekap Baruna erat-arat. Entah kenapa, lelaki kecil itu tidak berontak seperti biasanya, tapi seolah membalas memeluk Miss Denna, seraya menyandarkan pasrah kepala kecilnya. 

    

        “Baruna kenapa ? “ Tanya Miss Denna lembut, berbisik dekat sekali di telinganya. Anak itu menggeleng. “Kita main di depan, yuk,” ajak guru muda yang masih menjadi asisten dan mengajar Bahasa Inggris itu. Baruna hanya menurut, mengikuti saja Miss Denna yang membawanya ke halaman untuk bermain-main. Mencoba menikmati prosotan, ayunan, kemudian hanya duduk-duduk saja sambil melempar pandangannya lepas ke jalan. Matanya yang sipit itu seolah menyusuri setiap bagian halaman, tak terkecuali ke arah bangku kayu di sudut  taman dan area dekat parkir di luar pagar. Beginilah  yang  seringkali dilakukan Baruna. Hampir setiap pulang sekolah, yang seminggu tiga kali bagi kelas Playgrup itu ia  selalu mau bermain-main sendirian terlebih dahulu sampai siang. Kadang-kadang bahkan seharian ia hanya bermain saja di halaman, tidak mau masuk kelas sama sekali. Bi Rani, pengasuhnya, seperti  sudah faham betul  dengan karakter dan kebiasaan majikan kecilnya ini. Ia begitu sabar dan tetap setia menunggu sampai sekolah sepi, sampai Baruna mau pulang.

    

       Tadinya aku memang sedikit heran, apakah setiap kejadian yang dilakukan Baruna di sekolah itu tidak pernah diberitahukan orang tuanya.  Setidaknya oleh Bi Rani, perempuan setengah baya yang selalu  mengantar dan menunggui Baruna. Rupanya pihak sekolah juga merasa peka dengan masalah ini. Melalui Bi Rani, Bu Sri, guru wali kelas di Playgrup  itu menitipkan surat undangan untuk orang tua atau wali Baruna.

    

       Namun besok paginya, baik mami maupun papi Baruna tak nampak datang ke sekolah anaknya. Besok dan besoknya lagi juga begitu, hingga lebih dari seminggu setelah dititipkannya undangan itu. Dan Baruna juga  tak terlihat lagi datang ke sekolah bersama pengasuhnya. Terus terang hal ini membuat ibu-ibu menjadi sedikit lega, setidaknya karena mereka tidak lagi khawatir anaknya akan menjadi korban keisengan “si pembuat onar”, begitu sebutan diam-diam untuk Baruna. Mama Daffa bahkan bersyukur, karena anaknya yang sama-sama di Playgrup merupakan “musuh bebuyutan” Baruna. Keduanya tak pernah bisa akur  alias selalu ribut bila bertemu. Masalah kecil seperti rebutan mainan atau  giliran menyanyi di depan  bisa menjadi pemicu pertengkaran yang membuat Daffa menangis dan ngambek minta pulang.

    

         “Sekali-sekali saya ingin ketemu orang tua Baruna, bukan hanya pengasuhnya,” kata Mama Daffa suatu ketika. Maksudnya tentu ingin kenal agar bisa berdiskusi secara baik mengenai anaknya.  Sebab selama ini, tak pernah terlihat  orang tua Baruna mengantar, menjemput atau mendampingi anaknya. Begitupun bila ada kegiatan ke luar sekolah seperti berenang,  jalan-jalan atau acara lomba.

   

         Sampai pada Rabu pagi, jadwalnya semua anak melakukan kegiatan olah raga, Bi Rani terlihat datang sendiri diantar sopir tanpa Baruna, ataupun orang tuanya. Kedatangan pengasuh yang sudah setia mengabdi sejak Baruna belum lahir itu  diminta oleh sang Opa, kakek Baruna yang  selama ini tinggal bersama  lelaki kecil bermata sipit dengan kuping caplang itu. Sejak usia dua tahun  pemilik rambut ikal dengan tahi lalat di dagu itu  memang  diambil oleh  Opa  karena mami dan papinya sudah tidak peduli lagi kepadanya.

     

       “Mana Baruna, Bi ?” tanya Bu Sri lagi. Perempuan itu kemudian menjelaskan bila Baruna sementara ini  tinggal di rumah  tantenya  di Surabaya untuk melakukan terapi psikis karena sejak kecil  hampir setiap hari  menyaksikan pertengkaran hebat kedua orang tuanya. Ah, kasihan Baruna. Anak sekecil itu ternyata telah menyimpan begitu banyak kisah dalam hidupnya.

  

      Ya, menurut Bi Rani, orang tua Baruna kini sudah berpisah, alias bercerai. Sebelumnya mereka berdua tak pernah menginginkan  kelahiran  Baruna, anak semata wayang yang hadir sebelum keduanya resmi menikah. Ah, aku tak tahu harus berkata apa saat mendapatkan cerita itu. Memang masing-masing orang memiliki alasan sendiri untuk hidupnya, untuk keluarga dan rumah tangganya. Tapi Baruna, anak itu, dan anak-anak lain bila ditanya tentu tidak mau menjadi  korban keputusan perceraian kedua orang tuanya, orang yang seharusnya memberikan kasih dan cinta, orang yang telah menimbun benih dan melahirkannya ke dunia, meski dengan kesalahan apapun. Sebab pasti, ia tidak mengerti apa-apa.

     

       Namun demikian, dalam hati kecil aku berharap agar Baruna bisa  segera dapat menghapus memori panjang yang penuh  kenangan pahit  masa kecil dulu, dan kembali bermain serta bercengkrama riang seperti yang lainnya. Menikmati matahari cerah untuk masa depannya. Selamat Pagi, Teman***

PUISI: Dua Buah Hati



Dua Buah Hati
Oleh: Nur Ida Zed


Buah hati belahan jiwa
Hadirmu membawa bahagia
Memberi semangat dalam berkarya.

Buah hati bagai cahaya
Yang menyusup menyinari sukma
Bersama energi  melambungkan asa
Membuat angan menjadi nyata

Buah hati adalah amanah
Berkah terindah dari kuasaNya
Yang harus dijaga dan diarahkan
Dengan kasih dan segala cinta

Buah hatiku: Revin dan Puan  
Adalah segalanya

(Jakarta, 12.12.2012)
Untuk  Revin Ananda dan Puan - D’vine  Adinda Nizbach: kasihku melampaui batas